Mau bangun “start-up” tapi bingung mulainya? Simak tips ini!
Anda pasti sering mendengar istilah startup. Tiap kali kata startup disebut, pasti yang melintas di pikiran kita adalah Go-Jek, Tokopedia, Bukalapak, Traveloka, dan lain-lain. Tak salah, itu memang startup di Indonesia yang meraih kesuksesan bahkan ada yang sudah mencapai status unicorn kemudian naik kelas menjadi decacorn.
Ada pendapat orang yang mengatakan bahwa membangun startup harus punya modal banyak, bahkan berani “bakar uang”? Tentu saja tidak. Anda bisa memulai startup dengan cara yang sederhana. Nikmati saja prosesnya, agar hasil yang didapat lebih maksimal. Berikut merupakan langkah awal membangun startup dari konsep yang sederhana.
1. Dimulai Dari Masalah Sehari-hari
Konsep startup sebenernya, cukup ungkap masalah yang sering ditemui dalam keseharian Anda, kemudian pikirkan solusinya dengan menggunakan teknologi. Contohnya Travis Kalanick dan Garrett Camp, yang menciptakan Aplikasi Uber karena mereka kesulitan untuk memesan taksi.
Lain lagi dengan Amanda Susanti, Co-Founder dan CEO Sayurbox. Wanita cantik lulusan program Manajemen di University of Manchester, merasa tergerak hatinya karena menemukan banyak petani yang “dipaksa” menyerahkan hasil pertaniannya pada tengkulak dengan harga murah.
Nah Anda bisa mengangkat masalah sehari-hari, misalnya menyediakan teknologi untuk memudahkan sistem pertanian vertical, aplikasi jembatan antara nelayan dan konsumen, dan lainnya.
Ada pendapat orang yang mengatakan bahwa membangun startup harus punya modal banyak, bahkan berani “bakar uang”? Tentu saja tidak. Anda bisa memulai startup dengan cara yang sederhana. Nikmati saja prosesnya, agar hasil yang didapat lebih maksimal. Berikut merupakan langkah awal membangun startup dari konsep yang sederhana.
1. Dimulai Dari Masalah Sehari-hari
Konsep startup sebenernya, cukup ungkap masalah yang sering ditemui dalam keseharian Anda, kemudian pikirkan solusinya dengan menggunakan teknologi. Contohnya Travis Kalanick dan Garrett Camp, yang menciptakan Aplikasi Uber karena mereka kesulitan untuk memesan taksi.
Lain lagi dengan Amanda Susanti, Co-Founder dan CEO Sayurbox. Wanita cantik lulusan program Manajemen di University of Manchester, merasa tergerak hatinya karena menemukan banyak petani yang “dipaksa” menyerahkan hasil pertaniannya pada tengkulak dengan harga murah.
Nah Anda bisa mengangkat masalah sehari-hari, misalnya menyediakan teknologi untuk memudahkan sistem pertanian vertical, aplikasi jembatan antara nelayan dan konsumen, dan lainnya.
2. Carilah Co-Founder dari Lingkungan Anda
Setelah ide muncul, cobalah untuk menyusun konsep bisnisnya dengan detail. Jika semuanya sudah siap, tugas selanjutnya adalah, mencari seseorang untuk dijadikan sebagai co-founder. Ini penting dilakukan karena bagaimanapun juga, merintis bisnis tidak mungkin dilakukan seorang diri. Dalam mencari co-founder, sebaiknya prioritaskan yang berasal dari wilayah Anda, atau dari wilayah yang memiliki personal yang sama. Ini penting dilakukan karena seorang co-founder harus memahami permasalahan awal dengan detail untuk kemudian mampu menghadirkan solusi.
Setelah mendapatkan seorang co-founder, Anda bisa mulai membagi tugas. Mulai dari melakukan riset, hingga marketing plan. Semuanya harus dijalankan secara terintegrasi dan penug pertimbangan yang matang.
Jika di lingkungan terdekat tidak menemukan sosok yang dianggap cocok, Anda bisa mengunjungi event startup di dearah terdekat.
3. Mulailah Membangun Secara Perlahan
Membangun startup mutlak membutuhkan dana. Namun jangan khawatir, Anda tidak wajib memiliki dana melimpah. Cukup siapkan saja dana untuk membangun website tahap beta, aplikasi dan tentu saja business plan yang ingin dikembangkan. Anda pun bisa membangun startup dengan jumlah anggota tim yang terbatas (tim kecil). Cukup temukan orang-orang yang handal di bidang IT, pengolahan aplikasi, mahir membaca data dan tahu seluk beluk permasalahan yang akan dijadikan ide awal membangun startup tersebut. Seiring berjalannya waktu, Anda bisa membuat ide tersebut semakin kompleks dan berkembang. Bahkan dari satu ide, bisa dikembangkan untuk memunculkan ide baru yang saling berkaitan.
4. Mintalah Feedback dari Konsumen
Berkembanglah bersama konsumen. Artinya, sebisa mungkin Anda harus menyediakan fitur khusus yang memungkinkan konsumen untuk memberikan feedback terkait bisnis atau pelayanan yang Anda berikan, bisa berupa saran, kritik, dan lainnya. Feedback dari konsumen sangat dibutuhkan untuk terus memahami apa yang diminta, dan yang dibutuhkan oleh audience. Bahkan jika dibutuhkan, Anda bisa mengadakan sayembara khusus. Program seperti ini sebaiknya ditebar pada saat tahap beta atau pre-launching. Dengan cara ini, startup yang Anda bangun akan tumbuh menjadi startup yang berbasis customer-oriented, dan berkesempatan besar mendapat customer yang loyal startup Anda.
5. Bangun Relasi atau Berkolaborasi
Sama seperti manusia, bagaimanapun juga Anda butuh pihak lain untuk bisa survive dan sustainable, terlebih jika startup yang Anda bangun benar-benar dari nol. Maka bangun jaringan seluas-luasnya, dan buka peluang kepada pihak lain untuk berkembang bersama startup Anda. Misalnya, Anda bisa bekerjasama dengan penyedia dompet digital untuk mengembangkan metode pembayaran digital, bekerjasama dengan ojek online untuk melakukan pengiriman, dan berbagai bidang usaha lainnya yang bersinggungan dengan startup Anda. Dengan cara ini, startup yang Anda bangun akan lebih cepat berkembang, dan mampu memberi manfaat kepada banyak pihak.
Stay Typing!
Ref:
https://maucash.id/kiat-membuat-startup-dari-awal-gimana-caranya
Komentar
Posting Komentar