Cerita Singkat Nadiem Makarim dalam mendirikan Go-jek
Perjalanan Gojek dimulai pada tahun 2010 sebagai call center ojek online di Indonesia. Aplikasi buatan sendiri kemudian diluncurkan pada 2015 dengan hanya tiga layanan: GoRide, GoSend, dan GoMart. Sejak itu, aplikasi tersebut telah berkembang menjadi Super App, platform multi-layanan dengan lebih dari 20 layanan saat ini. Gojek kini menjadi grup platform teknologi terkemuka yang melayani jutaan pengguna di Asia Tenggara.
Pada saat itu Nadiem selaku CEO dari Go-jek pada saat itu dan sekaligus Menteri Pendidikan dalam Kabinet Indonesia Maju periode 2019-2024, mengaku sebagai pengguna setia ojek, bahwa jasa transportasi roda dua tersebut menjadi andalannya dalam menembus macet lalu lintas Jakarta.
“Saya punya mobil, tapi saya tinggal di rumah saja” kata Nadiem dalam wawancara dengan jurnalis Kompas.com pada tahun 2015 lalu.
Lantaran seringnya menggunakan ojek, Nadiem dengan lulusan lulusan Universitas Harvard, Amerika Serikat, jurusan Bisnis ini pun menjadi akrab dengan pengendara ojek langganannya. Dari obrolan-obrolan sepanjang perjalanan, dia mengetahui seluk-beluk perjuangan tukang ojek.
“Dia kerja 14 jam, dari jam 8 pagi sampai jam 10 malam tidak ketemu anak istri. Itu pun cuma dapat penumpang 4 kali dalam sehari” -ujarnya.
Merasa prihatin dengan nasib para tukang ojek tersebut, akhirnya Nadiem berusaha melakukan sesuatu. Kemudian berdirilah PT Go-jek Indonesia. Perusahaan yang didirikan Nadiem bersama rekannya Michaelangelo Moran ini memiliki produk berupa layanan “ojek panggilan” Go-jek.
Dengan menjadi perantara yang menghubungkan para pengendara ojek dan pelanggan, Nadiem berharap Go-jek bisa membantu kedua belah pihak yang terlibat dalam jasa transportasi ojek tersebut.
Hal ini dilandasi pula oleh pengamatannya bahwa dalam bisnis ojek terdapat semacam “inefisiensi pasar”. “Sering kali saat tidak dibutuhkan ada banyak (ojek) yang nongkrong, ketika dibutuhkan malah tidak ada sama sekali” -katanya.
Nadiem berharap GoJek nantinya bisa membantu semua penumpang ojek dalam menggunakan transportasi andalannya. Para tukang ojek pun tak perlu mangkal lagi karena cukup mengandalkan pesanan yang masuk dari smartphone.
"Inilah the power of informal economy. Apa pun yang informal selalu bisa ditingkatkan dengan teknologi," -pungkas Nadiem.
Cerita unik masa awal Go-jek?
Saat pertama kali diperkenalkan ada tiga jenis layanan yang ditawarkan oleh Go-jek, yakni transportasi, kurir, dan belanja barang. Jasa kurir merupakan layanan paling banyak dipakai pelanggan Go-jek pada tahun 2015 silam. Saat itu, peraturan jenis barang yang boleh dikirim belum terlalu ketat.
“Dulu pernah ada yang minta kirim ular piton. Hanya sekali itu saja kami terima kiriman binatang, setelah itu tidak pernah lagi (pekik tawanya)” -canda Nadiem.
Setelah kejadian itu, jangan berpikiran untuk mengirim barang terlarang atau illegal, karena yang demikian itu sudah jelas-jelas ditolak dalam persyaratan pakai Go-jek. Pengiriman binatang hidup pun tidak diterima.
Cerita unik lainnya saat Go-jek mulai beroperasi diungkap seorang pengemudi layanan motor. Riyanto, pengendara Go-jek yang berdomisili di bilangan Tendean, Jakarta Selatan bercerita pernah diminta ngojek dari Jakarta ke Bali, dengan total bayaran mencapai jutaan rupiah, pada tahun 2015 silam.
Ketika itu dia diminta menyusuri Pulau Jawa lewat jalur selatan.
"Penumpangnya orang bule, sedang membuat dokumenter. Selesai itu kami naik pesawat kembali ke Jakarta, motornya dipaketkan. Sampai sekarang dia masih jadi pelanggan saya," -kata Riyanto.
Mundur dari Go-jek, jadi Menteri Pendidikan
Beberapa tahun setelah memperkenalkan aplikasi Go-jek ke publik, Nadiem kini telah resmi ditunjuk sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) dalam pengumuman di Istana Negara hari Rabu (23/10/2019).
Beliau memutuskan mundur dari posisinya sebagai CEO Go-jek yang sudah memiliki valuasi lebih dari 10 miliar dollar AS itu. Jabatan Nadiem digantikan oleh Presiden Go-jek Andre Soelistyo sebagai CEO dan co-founder Go-jek Kevin Aluwi selaku co-CEO.
Hingga Oktober 2018, Nadiem tercatat masih memiliki 58.416 lembar saham di Go-jek. Jumlah itu setara dengan 4,81 persen dari keseluruhan saham sebanyak 1,21 juta lembar.
Sekarang, di jabatan yang baru diembannya, Nadiem Makarim akan berurusan dengan pengembangan Sumber Daya Manusia di Indonesia.
“Kita akan membuat terobosan-terobosan signifikan dalam pengembangan SDM, menyiapkan SDM siap kerja, link and match antara pendidikan dan industri” ujar Presiden Joko Widodo saat memperkenalkan Nadiem Makarim sebagai Menteri Pendidikan di Istana Negara.
Nadiem pun mendapat sejumlah pekerjaan rumah. Dengan memastikan tersedianya cukup talenta dalam menyambut Era Industri 4.0 yang serba terkomputerisasi dan terhubung ke internet. Pendidikan adalah kunci dalam hal ini.
Demikian cerita singkat Nadiem Makarim dalam mendirikan Go-jek. Saya harap teman-teman dapat mengetahui banyak hal dari artikel ini dan termotivasi dengan isi dari artikel ini. Semoga membantu! Start Learn and Stay Typing!
Author - Ahmad Ilham (Collage Student of STT-NF)
ref:
Komentar
Posting Komentar